Ilustrasi Shalahuddin al-Ayyubi (Foto: NU Online)
Banyak peristiwa spektakuler yang terjadi di bulan Rajab. Salah satunya ialah pembebasan Baitul Maqdis oleh Shalahuddin al-Ayyubi dan penguatan akidah Aswaja.
Sebelum peristiwa pembebasan tempat suci itu, sebelumnya Shalahuddin al-Ayyubi melakukan penguatan aqidah Ahlussunnah Wal Jamaah.
Dua peristiwa yang tak kalah pentingnya dengan sejumlah peristiwa besar lainnya ini berdasarkan literatur-literatur sejarah terjadi di bulan Rajab.
Sayangnya dua peristiwa besar ini tidak begitu mendapat sorotan dari kaum muslimin pada umumnya.
Berdasarkan tarikh Islam, penguatan aqidah Aswaja erat kaitannya dengan keberhasilan Shalahuddin al-Ayubi dalam melakukan pembebasan Baitul Maqdis.
Bahkan, penguatan akidah Aswaja ini justru merupakan faktor utama yang memengaruhi keberhasilan Shalahuddin al-Ayyubi dalam membebaskan tempat suci ini.
Penguatan Aqidah Aswaja
Ketika ingin merebut Baitul Maqdis, Shalahuddin al-Ayyubi tidak lantas menyiapkan tentara, peralatan perang dan keperluan militer lainnya.
Akan tetapi mula-mula beliua melakukan persatuan umat Islam dalam akidah Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja).
Merujuk karya Imam as-Suyuti dalam al-Wasa’il, beliau berpandangan, kesatuan dalam satu ikatan akidah Ahlussunnah wal Jama’ah sangat penting.
Kesatuan ini akan melahirkan kesatuan hati antarumat Islam yang akan melahirkan kekuatan super dahsyat yang tak terkalahkan oleh siapapun.
Adapun upaya-upaya untuk mewujudkan hal itu, beliau mengangkat Qadhi (hakim) yang berfaham sunni dan mendirikan Madrasah-madrasah sunni.
Beliau juga memerintahkan setiap muadzin di semua wilayah dalam kekuasaannya untuk mengumandangkan adzan Asy’ariyah setiap hari sesaat sebelum adzan Subuh.
Sebagai informasi, Shalahuddin al-Ayyubi merupakan sosok Sultan atau Raja yang menganut akidah Aswaja dan mengikuti mazhab Imam Syafi’i. Beliau juga merupakan seorang Hafidz (penghafal Al-Qur’an) dan hafal kitab Tanbih.
Saking perhatiannya terhadap penyebaran akidah ini, ada seorang ulama yang bernama Syekh Muhammad bin Hibatillah al-Barmaki memberikan hadiah kepadanya sebuah kitab.
Beliau mengarang kitab nadzam yang bernama Hada’iq al-Fushul wa Jawahir al-Ushul yang berisi tentang ajaran-ajaran akidah Aswaja.
Shalahuddin al-Ayyubi pun memerintahkan untuk mengajarkan kitab karya Syaikh al-Barmaki di lembaga-lembaga pendidikan keislaman.
Pembebasan Baitul Maqdis
Setelah melakukan persatuan antarumat Islam di bawah bendera Aswaja, Shalahuddin al-Ayyubi mendapatkan dukungan penuh dari umat Islam.
Sebenarnya, pembebasan Baitul Maqdis ini, bukanlah yang pertama kali di lakukan oleh Shalahuddin al-Ayyubi. Pada tahun 637 M, Khalifah Umar bin Khattab berhasil membebaskan Baitul Maqdis.
Pasca jatuhnya tempat suci itu ke tangan orang Islam, umat Islam hidup berdampingan dengan umat Nasrani dan Yahudi selama lebih empat abad.
Pada tahun 1095 M, kembali meletus Perang Salib I yang membuat Baitul Maqdis kembai dikuasai tentara Salib. Setelah itu, tentara Salib mengubah tempat ibadah umat Islam seperti Masjid Al-Aqsa sebagai gereja dan mendirikan kerajaan Yerussalem.
Ketika posisi Dinasti Fatimiyah melemah, Shalahuddin al-Ayyubi mendirikan Dinasti Ayyubiyah pada 1171 dan mewujudkan cita-cita Nuruddin Zanki untuk melancarkan kampanye melawan tentara Salib untuk kembali merebut Baitul Maqdis.
Ketika itu, Tentara Salib dalam jumlah besar menghadapi pasukan yang dipimpin langsung oleh Shalahuddin al-Ayyubi mengalami kekalahan telak dalam peperangan yang disebut dengan perang Hattin atau Hittin.
Dalam peperangan ini, pasukan Salib tidak banyak melakukan perlawanan atas serangan-serangan tentara Shalahuddin al-Ayyubi dan hanya mempertahankan daerah-daerah pantai dan merebut Aka sebagai ibu kota.
Peristiwa keberhasilan Shalahuddin al-Ayyubi merebut kembali tempat suci umat Islam ini tepat pada Hari Jum’at tanggal 27 Rajab 583 H / 1187 M.