
Tahun 2025 menjadi momentum bersejarah bagi Persatuan Guru Madrasah (PGM) Indonesia, yang kini genap berusia 17 tahun. Sejak didirikan, PGM Indonesia telah memainkan peran strategis dalam memperjuangkan profesionalisme, kesejahteraan, dan kualitas guru madrasah di seluruh Indonesia.
Di usia yang ke-17 ini, PGM Indonesia tidak hanya melakukan refleksi atas perjalanan organisasinya, tetapi juga menggali kembali nilai-nilai luhur dalam dunia pendidikan, termasuk dari khazanah pemikiran ulama klasik. Salah satu tokoh penting yang relevan untuk dikaji adalah Abu al-Hasan al-Mawardi, seorang cendekiawan Muslim terkemuka dalam bidang politik, etika dan pendidikan.
Didirikan sebagai wadah perjuangan para guru madrasah, PGM Indonesia konsisten memperjuangkan hak-hak guru yang selama ini sering termarjinalkan dalam sistem pendidikan nasional. PGM Indonesia hadir sebagai penguat eksistensi madrasah di tengah arus globalisasi dan transformasi digital. Usia 17 tahun menjadi titik penting menuju kedewasaan organisasi, dengan tantangan yang semakin kompleks di bidang pendidikan Islam.
Namun, di tengah dinamika zaman, pertanyaan mendasar kembali muncul: seperti apakah sosok guru yang ideal? Untuk menjawabnya, penulis akan mengangkat pemikiran salah seorang tokoh pendidikan yaitu Al-Mawardi.
Konsep Guru Ideal Menurut Al-Mawardi
Dalam kitab Adab al-Dunya wa al-Din, Al-Mawardi menjelaskan bahwa pendidikan adalah jalan utama untuk membentuk individu yang bermoral, berilmu, dan bertanggung jawab. Menurutnya, guru bukan sekadar penyampai ilmu, melainkan juga pembentuk karakter dan penjaga akhlak masyarakat. Berikut beberapa prinsip guru ideal menurut Al-Mawardi:
1. Berilmu dan Berakhlak
Ilmu adalah fondasi utama, tetapi akhlak menjadi penopangnya. Seorang guru harus menjadi teladan dalam lisan, perbuatan, dan niat. Guru yang hanya pandai tetapi tidak memiliki integritas akan kehilangan pengaruhnya dalam membentuk jiwa murid.
Menurut Al-Mawardi, ilmu yang tidak dibarengi dengan akhlak hanya akan melahirkan kecerdasan tanpa arah.
2. Mengajar dengan Niat Ibadah
Guru harus mendidik bukan karena materi atau popularitas, tetapi karena tanggung jawab moral dan spiritual. Menurut Al-Mawardi, mengajar adalah bentuk ibadah yang bernilai tinggi jika diniatkan untuk membimbing umat.
3. Memahami Karakter Murid
Al-Mawardi menekankan bahwa guru harus bijak dalam mengenali perbedaan karakter dan potensi murid. Metode pendidikan tidak bisa disamaratakan, tetapi harus sesuai dengan kapasitas dan kesiapan intelektual murid.
4. Menjaga Wibawa dan Keteladanan
Guru ideal menurut Al-Mawardi harus menjaga wibawa, namun tidak otoriter. Keteladanan lebih kuat daripada perintah. Seorang guru yang hidup sesuai dengan nilai yang diajarkannya akan lebih mudah dihormati dan diikuti.
5. Pentingnya Guru Bersinergi dengan Masyarakat
Pendidikan tidak berhenti di ruang kelas. Guru harus aktif dalam kehidupan sosial, menjadi agen perubahan di tengah masyarakat, dan menjaga hubungan